Sunday 6 March 2016

Mengebut Malam

Hasil gambar untuk malam hariMengebut Malam

selepas remah-remah kelam
kita kembali menggayuti malam
tak berpeduli pada luka dalam
tak berhirau pada teriak-teriak makam

ya, kita ingin mengubah masalah silam
menjadi pualam selekas padam
sedang hati kita masih terbenam
dirayapi cinta yang tak kusam
biji-biji bintang pun gemetaran tertikam

oh, kita semakin mencintai malam
mencari benci yang sudah sempat berserak
mengumpulkan puing kasih yang pernah berderak
lihat, malam sudah berganti malam
sedang kita tak kunjung tenggelam

Dan
dan, pada pantai engkau terkapar
di tepinya, pasir-pasir berkilau-kilauan
deru-deru air terkujur digulung ombak
angin dengan ganasnya menggerayangi daun-daun
beberapa waktu berguling, daun itu pun jatuh
tepat di wajahmu, menelungkup

aku dengan ringkih mengayun langkah
dan, kulihat, di matamu ada aku yang juga terkapar
dan…!

Sungai Di Matamu
sungai di matamu menyimpan gelombang
ikan di dalamnya terempas-empas
lekas, ikan kehabisan tenaga

ingin kutangkap dan kutimang ikan itu
bersebab iba yang menusuk-nusuk hati
tetapi, airmu terlalu deras dan aku terempas

sungai di matamu semakin liar
ikannya sudah tak terlihat. sudah keruh!
oh, tak bisakah kita menempelkan mata dengan mata
hingga sungaimu mengalir juga padaku?

Pada Pohon
pada pohon tersembul rahasia
adalah akarnya yang menyentuh tumitmu
kau terkejut dan menyerapah
adalah pula daunnya yang mengotori pekaranganmu
kau marah dan membakarnya

kau terlupa, pada kerimbunannya kau membuang peluh
di bawahnya kau berteduh
dengan lelakimu yang sering membuat matamu berbusa
pada akhir tengkar, lelaki itu menyerapahmu
kau terdiam dan tenggelam

sejenak kemudian, akar pohon menyentuh tumitmu
daunnya melorot pada pekaranganmu
kau mengutuki pohon seakan tak ada keteduhan
tak bisakah kau mengutuk lelakimu?

Menarik Jarak
jarak kemudian mengulum kata-kata
tentang cinta yang menjadi dusta
tentang nista yang menjadi puja

di meja ini, segelas kopi rindu diseruput
kulihat kau dalam bayangku yang semakin keriput
rinai hujan sudah berubah gerimis
angin yang menggelora mulai mendesah

jarak itu semakin nyata
di antara berjuta kepingan rindu
masih kulihat kau dengan bayangku
aduh, bisakah jarak ini kutarik?

Pegiat Sastra dan Budaya di PLOt Medan, sudah berkali-kali memenangi lomba penulisan sastra. Puisi Esainya sudah Dibukukan Jurnal Sajak di Konspirasi Suci dan Baris Tanya untuk Indonesia

0 comments: